AS miliki bukti Myanmar rencanakan genosida Rohingya: Mahathir marah Suu Kyi!
Tim investigasi pemerintah Amerika Serikat mengklaim militer Myanmar melakukan pembunuhan massal, perkosaan, dan kekejaman lainnya yang terkoordinasi dengan baik terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Dugaan ini terangkum dalam laporan Kementerian Luar Negeri AS yang akan dirilis ke publik pada Senin (01/10/2018) mendatang. Laporan ini diharapkan bisa menjadi bukti untuk penerapan AS atau tindakan hukum lain untuk pemerintah Myanmar.
Hasil laporan lebih dari seribu orang Rohingya di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh, di mana sekitar 700 ribu korban kekerasan di Myanmar kabur. “Survei ini mengungkap kekerasan yang terjadi baru-baru ini di wilayah Rakhine Utara sangat ekstrem. Kekerasan ini termasuk dalam skala besar dan fokus untuk melakukan pembunuhan dan mengusir warga Rohingya.”
Mereka juga menceritakan penembakan orang tak bersenjata, orang yang dikubur hidup-hidup, hingga korban dilemparkan langsung ke kuburan massal oleh militer Myanmar.
Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad kata Malaysia tidak akan lagi menyokong kepimpinan Myanmar Aung San Suu Kyi atas pengendalian krisis Rohingya di negaranya.
Dalam temu bual dengan saluran berita antarabangsa Turki TRT World, Mahathir berkata Suu Kyi seolah-olah menjadi “orang yang berubah” dalam nasib orang Rohingya.
“Di sebalik isu ini, dia seolah-olah menjadi orang yang berubah, dia tidak mahu mengatakan apa-apa terhadap tindakan yang dilakukan oleh tentera terhadap Rohingya, jadi kami jelaskan bahawa kami tidak menyokongnya lagi,” kata Dr Mahathir.
Mahathir juga mengakui bahawa dia telah kehilangan semua kepercayaan kepadanya.
Bagaimanapun, katanya ketika dia baru-baru ini menulis surat kepada Suu Kyi, dia juga tidak mendapat balasan daripadanya, dan dengan itu berasa “sangat kecewa”.
“Kami telah mengadu tentang rawatan Rohingya ke dunia, malah kami telah menerima banyak Rohingya di negara kita,” katanya.
Dia telah mengkritik pihak berkuasa di Myanmar dan Suu Kyi kerana menafikan bahawa orang Rohingya sedang dibunuh, dan rumah mereka dibakar, memaksa lebih sejuta pelarian untuk melarikan diri, kata The Daily Star.